Statistik Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Tahun 2024.

Tabel 1. Kondisi Kesehatan Mental Mahasiswa Berdasarkan
Skor SRQ-20
Tingkat
Skor SRQ-20 |
Jumlah
Responden |
Persentase |
14 - 20
(Berat) |
267 |
21.9% |
9 - 13
(Sedang) |
530 |
43.5% |
0 - 8
(Ringan) |
419 |
34.4% |
Total |
1219 |
100% |
Tabel 2. Kondisi Kesehatan Mental Berdasarkan Persepsi
Responden
Tingkat
Kerentanan (Persepsi) |
Jumlah
Responden |
Persentase |
Berat |
46 |
3.8% |
Sedang |
684 |
56.1% |
Ringan |
489 |
40.1% |
Total |
1219 |
100% |
Surabaya, 13 November 2024 – Universitas Negeri Surabaya (UNESA) telah melakukan survei kesehatan mental menggunakan instrumen SRQ-20 terhadap 1219 mahasiswa pada periode 6-11 November 2024. Hasil survei ini mengungkapkan tingkat kesehatan mental mahasiswa berdasarkan skor standar dan persepsi diri mereka.
Hasil Berdasarkan Skor SRQ-20 Dari hasil pengukuran objektif menggunakan SRQ-20, ditemukan bahwa sebanyak 267 mahasiswa (21.9%) berada pada tingkat gangguan mental berat, dengan skor 14-20. Kelompok ini menunjukkan indikasi kuat terhadap gejala stres atau depresi yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Sebanyak 530 mahasiswa (43.5%) berada pada kategori sedang, yang meskipun tidak berat, tetap membutuhkan pemantauan. Sisanya, 419 mahasiswa (34.4%) berada dalam kategori ringan atau tidak menunjukkan gejala signifikan.
Hasil Berdasarkan Persepsi Responden Ketika ditinjau dari persepsi diri responden, hanya 46 orang (3.8%) yang merasa berada pada tingkat kerentanan berat, menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan antara persepsi diri dan hasil skor standar. Sebagian besar mahasiswa, yakni 684 responden (56.1%), menganggap diri mereka dalam kategori sedang, sementara 489 mahasiswa (40.1%) merasa dalam kategori ringan.
Interpretasi Data Data ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara penilaian diri mahasiswa dan hasil skor SRQ-20. Mahasiswa yang merasa berada pada tingkat kerentanan ringan atau sedang, dalam beberapa kasus, menunjukkan skor yang lebih tinggi pada pengukuran objektif. Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya pengenalan kondisi mental mereka.
Langkah Lanjutan UNESA telah melakukan berbagai intervensi untuk mendukung kesehatan mental mahasiswa, termasuk konseling individu, kelompok, kelas kesehatan mental, hingga kegiatan fisik seperti senam dan latihan kekuatan. Rencana tindak lanjut termasuk peningkatan akses ke layanan konseling, program edukasi kesehatan mental, dan pemantauan rutin untuk mahasiswa dengan skor risiko tinggi.
Dengan hasil ini, UNESA berkomitmen untuk terus memperhatikan kesejahteraan mental seluruh civitas akademika, sekaligus menjadi pelopor kampus yang peduli terhadap isu kesehatan mental di Indonesia.
Share It On: